VISI :

“Melangkah bersama penuh cinta dalam karya”.

Jumat, 29 November 2013

BEM FKIP Unmul Sebut Guru jadi Korban Kurikulum 2013

Standard
SAMARINDA - Jika hendak menerapkan Kurikulum di Indonesia khususnya Kaltim, maka harus dibarengi dengan pembenahan sarana dan prasarana pendidikan. Kenyataannya khususnya di Kaltim, pembangunan sarana dan prasarana pendidikan masih hanya dirasakan sebagian besar masyarakat perkotaan. Itulah salah satu hal yang melatar belakangi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIP Unmul melakukan unjuk rasa damai di simpang 4 Mal Lembuswana (voorvo), Senin (25/11/2013). Dalam aksinya, mahasiswa juga menuntut agar pembangunan terutama sarana dan prasarana pendidikan di perbatasan dan pedalaman Kaltim mendapatkan perhatian. Mahasiswa menyebut, salah seorang kepala SMA di Nunukan sudah mengeluhkan penerapan Kurikulum 2013. "Tuntutannya, kita minta evaluasi. Karena beberapa daerah terutama di perbatasan Nunukan, Sebatik masih kurang. Sudah diterapkan tapi disana tidak siap karena sarana dan prasarana tidak mendukung diterapkannya kurikulum itu," kata Ari Bagus, Ketua BEM FKIP Unmul dan Ketua IMAKIPSI (Ikatan Mahasiswa Keguruan Ilmu Pendidikan Seluruh Indonesia). Selain di Kaltim, aksi serupa juga kata Ari dilakukan di beberapa daerah lain di Indonesia. "Hari ini kita melihat, kurikulum 2013 sudah diterapkan di tiap daerah ya. Tapi implementasinya belakangan, justru guru sangat kebingungan dengan penerapan sistem ini. Karena tidak dibarengi dengan penunjang sarana dan prasarana," kata Ari. Pelatihan yang dilakukan Kemendikbud juga menurut Ari dinilai tidak maksimal dan terkesan hanya formalitas. Padahal, anggaran Kurikulum 2013 ini berdasarkan data Panja Kurikulum Kemendikbud tercatat sebesar Rp 513 miliar. Menurut mahasiswa, dana sebesar itu sebenarnya sudah cukup untuk memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan di daerah terpencil dan pedalaman. "Hanya mengedepan ceramah dan tidak ada tindak lanjutnya, seperti itu. Menyebabkan kemudian guru itu menjadi bingung. Karena sekarang ini, kurikulum hampir setiap tahun berganti terus. Tetapi implementasi di lapangan selalu membingungkan guru," kata Ari. (*)

Penulis: Doan E Pardede
Editor: FeriMei
Sumber: Tribun Kaltim

0 komentar:

Posting Komentar